Jumat, 10 Desember 2010

Mengenal lebih dekat Obligasi (part 2)

Dalam artikel "Mengenal Lebih Dekat Obligasi" disebutkan beberapa karakteristik/sifat dari obligasi. Salah satu karakteristik itu adalah obligasi jangka panjang harganya akan lebih fluktuatif daripada obligasi jangka pendek.

Jadi mengapa obligasi jangka panjang harganya akan lebih fluktuatif? Utk memahami ini, marilah kita lihat sebuah contoh yg sederhana.
Misalnya Saya membeli 2 ekor ayam ras SUPER. Kedua ayam ini bisa bertelur 100 butir sehari. Ayam super pertama bisa hidup selama 1 tahun. Ayam super kedua bisa hidup 30 tahun. Setelah saya membeli ayam itu, tiba-tiba semua ayam ras SUPER, terkecuali milik saya, punah. Sekarang di dunia selain 2 ekor ayam Super saya, hanya ada ayam biasa, yg hanya bisa bertelur 1 butir sehari.

Dalam kondisi ini, tentu saja harga kedua ayam ras Super saya itu naik pesat. Sekarang saya dihampiri oleh para peternak ayam yg ingin membeli ayam ras Super saya. Menurut anda harga ayam yg mana yg akan naiknya lebih jauh (lebih fluktuatif)? Yg bisa hidup hanya 1 tahun atau yg bisa hidup 30 tahun? Tentu saja yg 30 tahun, karena berarti pembeli ayam itu bisa menikmati "keuntungan" lebih lama.

Sekarang mari kita pindahkan contoh di atas ke dalam obligasi.
Misalnya PT. Kaskus menerbitkan 2 macam obligasi:

1. Obligasi Jangka Pendek Seri 1
Jumlah = 1 lembar. Maturity period 1 tahun. Nominal Rp 100 juta, Bunga
10%/thn (Rp 10 juta).

2. Obligasi Jangka Panjang Seri 1.
Jumlah = 1 lembar. Maturity period 30 tahun. Nominal Rp 100 juta. Bunga
10%/thn (Rp 10 juta)

Obligasi Jangka Panjang dibeli oleh saya, dan Obligasi Jangka Pendek dibeli oleh anda. Sehari setelah obligasi itu diterbitkan, Gubernur Bank Indonesia menurunkan bunga sebesar 5%. Lalu misalnya PT. Kaskus membutuhkan dana lagi, dan akan kembali menerbitkan kedua tipe obligasi di atas. Seperti yg telah saya katakan dalam "Mengenal Lebih Dekat Obligasi", tentunya bunga obligasi yg baru tidak akan sebesar 10% lagi, melainkan juga akan turun. Misalnya saja dalam hal ini menjadi 5%.

Dalam situasi ini, tentu saja obligasi saya dan anda yg memberikan bunga 10% harganya akan naik (dalam contoh pertama, obligasi milik saya dan anda adalah ayam Ras Super). Tetapi obligasi siapa yg harganya akan naik lebih banyak? Obligasi saya yg memberikan bunga 10% selama 30 tahun? Atau Obligasi anda yg memberikan bunga 10% selama 10 tahun?

Tentu saja milik saya. Karena jikalau orang membeli obligasi anda, dia hanya bisa menikmati bunga 10% itu selama 1 tahun, karena dalam 1 tahun obligasinya matang/cair. Setelah 1 tahun itu lewat, dia tidak bisa lagi menikmati bunga 10% itu.

---------

Dalam contoh di atas, bunga antara obligasi jangka pendek dan jangka panjang saya buat sama, yaitu sebesar 10%. Pada kenyataannya, dalam keadaan normal, obligasi jangka panjang itu Yield/Hasil/bunganya akan lebih tinggi daripada obligasi jangka pendek. Hal ini tentunya wajar karena semakin panjang Maturity Period, semakin besar risiko yg kita tanggung (resiko suku bunga berubah dll). Seperti kita tahu, resiko semakin besar, return/hasil yg kita harapkan juga makin besar.

Dalam paragraph di atas, saya menggaris-bawahi "dalam keadaan normal". Artinya ada "keadaan tidak normal" dong? Tepat sekali. Misalnya saja dalam keadaan resesi. Untuk menanggulangi resesi, biasanya pemerintah akan menurunkan suku bunga beberapa kali. Jika suku bunga diturunkan, spt yg kita telah lihat dalam contoh di atas, harga obligasi yg telah beredar akan naik. Apa akibatnya?

Di satu sisi, agar bisa menikmati kenaikan harga jika suku bunga terus diturunkan, orang orang akan berburu obligasi jangka panjang. Mengapa? Spt telah kita lihat dari contoh di awal artikel ini, obligasi jangka panjang akan lebih fluktuatif. Jika suku bunga diturunkan, obligasi jangka panjang akan menikmati kenaikan harga yg lebih besar.

Akibat dari orang-orang yg berburu obligasi jangka panjang, tentu saja harga pasar obligasi jangka panjang akan naik. Seperti yg telah kita bahas dalam "Mengenal lebih dekat Obligasi", jika Harga obligasi naik, maka Yield(hasil)-nya akan turun. Dalam hal ini, Yield Obligasi Jangka Panjang akan menurun.

Di sisi lain, obligasi jangka pendek tidak diminati oleh investor. Akibatnya? Harga obligasi jangka pendek turun. Seperti yg kita tahu, jika harga obligasi turun maka Yield naik. Dalam hal ini, Yield Obligasi Jangka Pendek naik.

Dalam kondisi antisipasi resesi, kondisi di atas seringkali menjadi begitu "kacau" sehingga bisa terjadi Obligasi jangka pendek memberikan Yield yg lebih tinggi daripada Obligasi jangka panjang. Ini tentu saja menyimpang dari normal dimana Obligasi jangka Pendek memberikan Yield yg lebih rendah.

NOTE: Mungkin penjelasan di atas agak rumit, shg mungkin ada baiknya dibaca sekali lagi agar benar benar dipahami. Jika penjelasan saya masih dianggap kurang jelas, bisa ditanyakan dlm thread, dan saya coba jelaskan lagi.

Keadaan "kacau" di atas, dalam dunia finansial itu dikenal sebagai "Inverted Bond Yield Curve" (Kurva hasil Obligasi terbalik). Biasanya jika kurva ini muncul di pasar obligasi, resesi akan menyusul.

sumber : kaskus

Tidak ada komentar:

Posting Komentar